marque

Sudahkah Anda membaca Hari ini?

head

Masalah Desa adalah Persoalan Data

Oleh : Titus Umbu Jr


Berbagai kebijakan yang dihasilkan pemerintah saat ini dirasakan sangat kurang menjangkau rakyat kecil yang berada di pedesaan. Pembangunan selalu dipusatkan ke kota-kota,.kemudian yang diharapkan akan membawa dampak bagi perkembangan pedesaan. Kenyataannya pembangunan tersebut semakin memperlebar jarak kesenjangan sosial, ekonomi, pendidikan antara masyarakat kota dan pedesaan. Situasi seperti itu semakin diperparah dengan semakin terserapnya berbagai sumber daya desa bagi perkembangan perkotaan. Kebijakan pemerintah yang bias kota ini, memaksa desa tumbuh dalam kondisi marjinal, terbelakang dan ketergantungan.


Drs. Sumarjono M.Si Ketua STPMD”APMD” Yogyakarta ;

STPMD “APMD” Yogyakarta sebagai satu-satunya perguruan tinggi yang meletakkan desa sebagai sentral dan fokus kajiannya selama berpuluh-puluh tahun. Lalu bagaimana APMD sendiri memandang problematika desa dan sejauh mana kontribusinya untuk menelurkan ide serta gagasan-gagasan demi kemajuan desa sendiri. Berikut petikan wawancara dengan Sumarjono, Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta ketika ditemui reporter Teropong, Titus Umbu Jawa Ray dan Raysmon Bandong.

Sejak kapan APMD didirikan?

APMD didirikan pada tanggal 17 Nopember 1965. Awal didirikan dengan nama Akademi Pembangunan Masyarakat Desa (APMD) kemudian sejak tahun 1989 di kembangkan dari Akademik menjadi Sekolah Tinggi berdasarkan SK dari dirjen DIKTI.

Bagaimana Kontribusi APMD terhadap Desa sendiri?

APMD selalu concern terhadap masalah pedesaan, sejak awal berdirinya, APMD bertekad menjadi pelopor pembangunan pedesaan.Hal itu yang membedakan kampus ini dengan sekolah tinggi sejenis.

Sejak awal berdirinya APMD sudah berkomitmen terhadap desa, Sudah sejauh mana Kontribusi Apmd terhadap Desa selama ini?

APMD sebagai sebuah perguruan tinggi, concern dan konsistensinya terletak pada input salah satunya adalah kurikulum. Kurikulum yang kita buat diusahakan agar senantiasa mahasiswa yang belajar di APMD memiliki kompetensi terhadap kajian tentang pedesaan. Tetapi yang mesti diingat tentunya antara prodi di STPMD memiliki fokus dan kompetensi yang berbeda-beda. Saat ini yang lebih fokus terhadap kajian pedesaan program studi Diploma III, karena di sana lebih awal memang difokuskan terhadap desa. Di prodi D III lebih banyak mengkaji tentang pemerintahan desa, pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa. Sedangkan pada prodi sosiatri lebih relatif ke arah desa. Lain halnya dengan ilmu pemerintahan yang lebih fokus pada tata kelola pemerintahan lokal. Maka kurikulum, lebih diharapkan kajian tentang lokal, dan menitikberatkan hubungan propinsi, kabupaten, dan desa berbeda dengan perguruan tinggi lain lebih fokus ke ilmu politik dimana lebih ke kajian makro.

Tadi bapak berbicara mengenai Kontribusi APMD salah satunya terletak pada kurikulum, apakah hanya sebatas itu saja??
Berbicara mengenai Perguruan tinggi tugas utamanya berupa pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat maka kontribusi langsung terhadap masyarakat lebih khusus ke desa,pertama diharapkan outputnya,yaitu mahasiswa mampu concern dan konsisten terhadap masalah-masalah lokal dan pedesaan sesuai visi-misi perguruan tinggi.Kedua hasil penelitian dan pengabdian pasti akan banyak memberikan kontribusi terhadap pedesaan sesuai karakteristik program studi masing-masing. Sebagai alumni misalnya kita harapkan cepat tanggap terhadap masalah desa. Hal ini yang membedakan dengan perguruan tinggi lain dalam memandang desa. Kita melihat dari tata kelola pemerintahan dari sudut ilmu pemerintahan yang metode pembelajaran seperti desentralisasi, otonomi dan demokratisasi misalnya bagaimana menyiapkan wilayah pedesaan agar mampu menjalankan kebijakan pusat baik desentralisasi fiskal, desentralisasi perencanaan pembangunan dan devolusi seperti cara memilih kepala desa. Saya pikir APMD sekarang kajian-kajian seperti itu akan semakin memperkuat kapasitas Desa, sehingga dosen dan mahasiswa diarahkan menuju kearah sana sehingga memperkuat komitmen terhadap desa menjadi spirit untuk membentuk desa yang maju dan sejahtera masyarakatnya.

Sudah sejauh mana penelitian yang dilakukan civitas akademika APMD
Dan apa karya yang sudah di hasilkan berkaitan dengan pembangunan desa?

Bentuk penelitian itu bisa diwujudkan melalui penelitian langsung kepada objek, baik masyarakat atau aktor pengelola lembaga desa, kedua melalui kajian literarur berupa output jurnal JISA, kebijakan STPMD”APMD”mengenai penelitian baik dosen atau mahasiswa, seluruh penelitian di simpan dan bisa di baca di perpustakaan.mengenai topik-topik penelitian yang jelas saya lupa tapi penelitian mahasiswa dan dosen selau diarahkan pada penelitian yang berhubungan dengan dinamika hubungan pemerintahan lokal, kabupaten kota, provinsi dan pedesaan.

APMD sudah sejak lama konsisten terhadap desa, apakah sejak berdirinya sampai sekarang, APMD sudah memiliki desa binaan?

Sejak tahun1984 saya sebagai dosen berada di sini, APMD itu memiliki desa binaan di Kabupaten Kulonprogo Kecamatan Temon, kemudian di Jawa Tengah, Kabupaten Magelang tepatnya di Kecamatan Blabak, Mungkit. Sekarang istilahnya menjadi mitra kerja, sekarang baru saja MOU(Memorandum Of Understanding) di Bantul yaitu desa Gilangharjo, tapi khusus untuk desa gilangharjo tidak hanya sebagai mitra kerja tapi di kembangkan sebagai laboratorium lapangan, STPMD yang selama ini lebih mengarah ke village khusus untuk gilangharjo kita lebih masuk ke tata kelola pemerintahan desa. Kedua ikut mengembangkan desa wisata berbasis budaya. Ketiga mengembangkan aspek wilayah desa dari segi ekonomi agrobisnis dalam menciptakan ketahanan pangan termasuk dalam agroteknologi, mengolah sampah agar dapat lebih dimanfaatkan, serta mengolah hasil pertanian agar menjadi alternatif pangan. Serta ikut memanfaatkan sampah ternak menjadi alternatif bahan bakar seperti biogas. Mahasiswa kedepanya tidak hanya paham akan pemerintahan akan tetapi paham mengenai tata kelola pedesaan. Hal ini dapat di wujudkan kedepanya dengan mengundang sosok pemberdayaan desa, mengadakan kerja sama dengan dengan LPM (lembaga pemberdayaan masyarakat) UGM khusunya fakultas –fakultas di UGM yang berhubungan dengan pedesaan seperti fakultas pertanian, perikanan, teknik industri. Kalau pun hal tersebut tidak dapat dilaksanakan,masih ada alternatif lain yaitu dengan pemanfaatan multimedia, seperti pemutaran film mengenai desa yang ,merupakan bagian dari proses mendorong mahasiswa agar memiliki kemauan untuk terlibat dalam kegiatan mengenai desa. Kita sendiri menyadari kenyatan mahasiswa APMD kalau kuliah sendiri belum tentu dapat menerima semua materi ada yang ngelamun, tidur dan lain-lain sehingga ruang-ruang seperti pemutaran film ini menjadi alternatif materi.

Tadi bapak katakan ada beberapa desa yang dijadikan mitra kerja, seperti yang di jawa tengah, apakah selama ini masih terus berjalan dan bentuk kerja samanya seperti apa?

Tidak, sekarang kerjasama dengan desa-desa yang dijadikan mitra kerja sudah tidak berjalan. Jadi waktu itu kita menempatkan mahasiswa untuk mengadakan penelitian terutama untuk membuat profil desa, karena waktu itu berhubung kurikulumnya mahasiswa D3 ada KKL (kuliah kerja lapangan) beberapa hari kita tempatkan di desa, kebetulan saat itu jumlah mahasswanya cukup banyak, jadi diadakan semacam sensus dengan cara setiap warga dikunjungi untuk di data tentang sosial, ekonomi, identifikasi masalah, inventarisasi masalah pembangunan yang ada di desa itu. Sehingga hasil penelitian itu bisa dijadikan sebuah buku, dan di desa itu memiliki monografi desa lengkap dengan profilnya, dan pemerintah desa dan masyarakat memiliki identifikasi-indentifikasi potensi maupun masalah yang dihadapi.

Selain sebagai ajang KKN, sudah sejauh mana bentuk kontribusi desa tersebut terhadap mahasiswa?

Di harapkan memang desa mitra kerja tersebut dapat dijadikan semacam studi lapangan bagi mahasiswa baik melaui PUSMADA, LMKOD, atau melaui praktikum di kurikulum, untuk saat ini yang kita kerjakan mendampingi penyususan renstra desa, selanjutnya dari renstra desa itu akan di hasilkan RKP (rencana kerja pembangunan) tahunan dalam jangka waktu 5 tahun. Diharapkan desa itu memiliki link- link dengan pihak luar dengan tidak hanya menggantungkan dana dari pemerintah.


Berdasarkan kenyataan yang berkembang, desa mitra kerja APMD, belum banyak di ketahui oleh mahasiswa sendiri. Bagaimana cara yang di lakukan oleh kampus sendiri dalam proses sosialisasi mengenai desa mitra kerja tersebut apalagi dalam menghadapi penerimaan mahasiswa baru?

Kalau saya hal tersebut dapat dilakukan oleh prodi dan dosen. Dosen melakukan penelitian terhadap masyarakat ke sana dengan melibatkan mahasiswa. Untuk menghadapi penerimaan mahasiswa baru diharapkan nantinya SIKAM (Sosialisasi Intern Kampus), akan diarahkan ke desa. Mahasiswa baru di bawa ke desa mitra kerja tersebut sehingga akan lebih mengenal desa.

APMD sebagai sekolah tinggi yang selau konsen terhadap desa, tentunya lebih mengetahui sebenarnya apa masalah yang dihadapi oleh desa?

Sejak di keluarkannya peraturan pemerintah mengenai desentralisasi dan demokratisasi, kenyataan masalah yang dihadapi oleh desa adalah mengenai data. Hampir semua desa-desa baik yang ada di DIY maupun di luar DIY mengalami masalah ini. kalau toh pun ada dari tahun ke tahun data itu di buat saat itu dan tidak pernah diperbaharui, dari hal tersebut maka akan berpengaruh pada kelemahan,merancang pembangunan di desa itu yang seharusnya berbasis pada masalah.kalau datanya saja tidak baik, maka data yang di hasilkan hanya berbasis pada keinginan. Sehingga menyebabkan rancangan yang dibuat bias pada fisik, selain itu kinerja pemerintahan desa masih konvensional lebih kepada pelayanan administratif, kemampuan merancang dan mengembangkan juga masih terbatas.

Melihat begitu banyak masalah yang di hadapi desa, Apa yang dilakukan APMD dalam menyingkapi masalah tersebut?

APMD membangun konsep pemberdayaan terhadap desa, kami juga berkomitmn melakukan penelitian dan pengabdian yang nantinya hasil penelitian itu di arahkan pada pemberdayaan masyarakat desa agar lebih mandiri. Kita juga mengadakan pelatihan-pelatihan pada kepala-kepala desa dalam merancang tata kelola pemerintahan desanya. Hal ini sangat membantu desa sendiri dalam mengatasi masalahnya agar tercipata pemerintahan lokal yang kuat dan berdaya saing.

Bagaimana menurut bapak, perkembangan minat mahasiswa terhadap desa?

Banyak mahasiswa yang kurang berminat lebih disebabkan Mahasiswa saat ini cenderung berpikir linear, bagaimana kuliah cepat dan cepat dapat kerja.selain itu juga banyak faktor yang memengaruhi diantaranya faktor eksternal adanya persaingan antar perguruan tinggi di daerah, regulasi penerimaan pegawai negeri, sedangkan faktor internal, yaitu mengenai tata kelola yang belum menarik, serta perguruan tinggi sendiri yang belum banyak dikenal.

Apa upaya APMD dalam menarik minat mahasiswa?

APMD selalu berusaha agar dapat menarik mahasiswa , diantaranya melalui promosi yang dilakukan oleh panitia penerimaan mahasiswa baru, akan tetapi masih belum maksimal karena terkendala masalah finanasial, yang kedua promosi, dapat melalui para alumni ataupun mahasiswa aktif sendiri diharapkan dapat menarik minat mahasiswa agar mendaftar di APMD, Kita juga berupaya mengadakan pelatihan-pelatihan pada pemerintah daerah yang diharapkan ke depan akan semakin membuka jaringan dan pengenalan APMD.

Seperti apa arah dan tujuan APMD ke depan?

APMD sebagai sekolah tinggi yang berkomitmen terhadap Desa,
Arah dan tujuan ke depannya akan mengembangkan Sistem Nasional Pendidikan sesuai PP No 15 tahun 2005.

Titus Umbu Jr
Mahasiswa ilmu pemerintahan
STPMD"APMD" Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar