marque

Sudahkah Anda membaca Hari ini?

head

SUSNO, PAHLAWAN REFORMASI POLRI?

Oleh : Titus Umbu Jr

Setelah mencuat kasus kriminalisasi terhadap dua unsur wakil pimpinan KPK, Bibit-Candra. Nama Susno Duadji sontek terkenal dengan slogannya “cicak vs buaya”. Slogan cicak vs buaya yang diungkapkan Susno menjadi symbol yang dikecam masyarakat pecinta KPK atas dirirnya. Masyarakat mengekspresikan kekecewaan melalui demonstrasi, teatrikal, menggamgar tembok-tembok disudut-sudut kota, dan sebagainya.

Susno kala itu diperlakukan layaknya musuh besar yang harus dilawan. Sebab jendral besar itu dianggap bertanggungjawab atas kriminalisasi KPK. Kepala kepolisian republik indonesia (KAPOLRI)pun mencopotnya dari jabatan kepala badan reserse kriminal. Meskipun hanya memindahkan jabatannya (mutasi).

Masalah kriminalisasi KPK telah usai menyusul diaktif kembalikannya Bibit-Candra. Namun, cerita tentang Susno Duadji tidak berakhir samapai disitu. Secara mengejutkan Susno kembali membuat sebuah keputusan yang dianggap melanggar kode etik kepolisain. Susno berani malawan sistem komando dalam kepolisain dengan mengatas namakan kebenaran.

Ada hal yang menarik untuk disimak dalam kasus yang menimpa Susno selama ini. Isu keterlibatannya dalam kriminalisasi KPK tidak sampai dibentuk tim khusus untuk memeriksa, malahan terkesan melindunginya. Namun hal berbeda ketika terjadi pelanggaran internal yang diproses dengan membentuk tim khusus untuk menangani Susno. Hal ini kian memberikan kita pandangan baru tentang institusi POLRI. Ada apa dan sejauhmana reformasi POLRI berlangsung ?

Menurut pandangan saya, Susno bukanlah lawan yang menghambat reformasi POLRI, tetapi dialah pahlawan yang memperlihatakan gagalnya reformasi yang dikampanyekan selama ini. Pertama, symbol cicak vs buaya yang diungkapkan Susno seakan menggiring kita untuk melihat perilaku POLRI secara institusi, bukan individu. Kedua, kehadirannya sebagai saksi dalam kasus Antasari Azar memberi pelajaran bagi institusinya bahwa “mitos-mitos” kepolisian republik indonesia dapat diruntuhkan atas nama kebenaran.

Dari lawan menjadi kawan, Susno telah menjelma menjadi pahlawan reformasi POLRI. Ia mengganti “cicak vs buaya” dengan slogan baru “reformasi POLRI dimulai dari perwira tinggi”. Ini menandakan bahwa dengan adanya kasus yang menimpa Susno duadji saat ini, pantas kita ambil sebagai pelajaran yang sangat berharga. Bahkan dapat dikatakan sebagai pejuang reformasi POLRI. Hal ini terlihat dari ungkapannya “KAPOLRI adalah seorang reformis”.

Secara tidak langsung mengingatkan KAPOLRI bahwa kepolisian republik indonesia harus menjalankan reformasi. Bukan hanya dengan gamlang mengampanyekan reformasi, tetapi harus dimulai dari diri sendiri. Agenda reformasi POLRI tidak akan tercapai jika tidak dilakukan dari atasan. Sebab atasan merupakan pemegang kendali dalam melakukan sebuah perubahan.

Kejadian yang terkadi dalam institusi kepolisian ini mungkin hanya merupakan salah satu diantara sekian banyak kasus. Belum lagi di daerah-daerah yang tidak sempat terekspos. Pertanyaanya adalah mampukah yang lainnya seperti Susno yang berani melawan aturan demi kebenaran?

Semoga lahir susno-susno baru yang berani melawan aturan demi kebenaran. Sebab yang terpenting bukanlah menegakkan aturan, tetapi menempatkan kebenaran diatas segala aturan. Sekadar meminjam ungkapan Socrates, biar semua institusi pemerintahan itu hancur, tetapi kalua aparat penegak hukumnya bersih, maka kebenaran akan ditegakkan. Tetapi bila sebaliknya, maka institusi lainnyapun akan turut hancur.

Titus umbu jawa ray
mahasiswa jurusan ilmu pemerintahan STPMD YOGYAKARTA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar