marque

Sudahkah Anda membaca Hari ini?

head

Relevansi organisasi Kemahasiswaan

Oleh : Titus Umbu Jr


Telah menjadi berita rutinitas yang menghiasi setiap penerbitan media LPM Teropong mengenai “mati surinya” beberapa organisasi. Salah satu berita yang khusus mengulas merosotnya peminat terhadap organisasi mahasiswa adalah majalah edisi khusus diesnatalis / Th. III / Desember / 2005, tentang organisasi mahasiswa yang banyak tapi tak semarak.

Gregorius sahdan, dosen prodi IP kala itu mengungkapkan, organisasi mahasiswa di APMD sudah menjalankan tugas sebagaimana mestinya, apalagi organisasi ekstra kampus, seperti HMI, FMN,PM-KRI sudah mempunyai ruang gerak dikampus. Namun berkembangnya oraganisasi intra justru menimbulkan kesenjangan, karena organisasi eksternal selalu tampil dengan ide-ide kreatif sedangkan organisasi internal kekurangan stok.

Menurut Goris, sapaan akrabnya, apa yang terjadi saat ini adalah kebalikan dari situasi pada 1996-1998. Saat itu organisasi internal paling memegang peranan dari segi ketangkasan menganalisis masalah-masalah sosial yang terjadi. Kurang kreatifnya organisasi internal saat ini sehingga mengakibatkan menurunnya peminat terhadap organisasi mahasiswa. Selain itu “ekspansi” yang dilakukan organisasi eksternal dalam organisasi internal juga sangat mempengaruhi.

Namun, meskipun telah berkali-kali Teropong memuat tentang bertita “mandeknya” beberapa organisasi. Itupun tidak mengubah sedikitpun keadaan organisasi mahasiswa di APMD, kecuali malah bosan melihat keadaan yang memperihatinkan dalam organisasi yang kian hari mengalami degradasi.

Dengan mempertimbangkan kenyataan yang mengancam eksistensi organisasi mahasiswa intern kampus dan tantangan-tantangan yang dihadapi saat ini, sangat sulit untuk mengatakan bahwa organisasi mahasiswa akan bertahan dalam gelombang perubahan, tanpa adanya suatu terobosan baru yang dapat menangkis tantangan yang bakalan mengancam. Lalu langkah apa yang akan dilakukan untuk mengantisipasi tenggelamnya organisasi intern yang seakan termakan zaman?

Menurut Triyanto, dosen IP, penurunan minat mahasiswa pada organisasi mahasiswa intern kampus saat ini sangat drastis. Terbukti dengan terlihatnya beberapa organisasi yang tak memiliki pengurus, sehingga berakibat pada menurunnya minat mahasiswa dalam berorganisasi. Selain itu, organisasi yang ada juga kurang produktif sehingga mengalami kemandekan.

Triyanto yang juga direktur pascasarjana ini menambahkan, menurunnya minat mahasiswa dalam berorganisasi disebabkan ketidak jelasan pengurus organisasi, dan ketidak pahaman pengurus untuk mengolah kegiatan organisasi. Yang lebih berpengaruh menurutnya, disebabkan situasi sosial yang terjadi saat ini, dimana mahasiswa lebih tertarik pada organisasi ekstern kampus yang notabene memiliki berbagai kegiatan, sedangkan organisasi intern tidak memiliki kegiatan, sehingga mahasiswa kurang nyaman dikampus dan memilih bergabung di organisasi luar kampus. Situasi seperti ini tidak hanya dialami APMD, tetapi juga dialami kampus lain. Lanjutnya.

Sekedar flashback dosen yang juga pernah menjabat PK III ini menceritakan, bahwa selama Ia menjabat, organisasi mahasiswa tak separah sekarang karena beberapa organisasi melakukan berbagai kegiatan, bahkan ada yang berprestasi. Sebagai contoh : “dimoment puasa seperti sekarang ini UKMI sering melakukan buka puasa bersama, bahkan MAPALA pernah ada anggotanya yang berprestasi dalam lomba Climbing antara perguruan tinggi swasta (PTS) meskipun hanya dari peserta 3 PTS”. ungkapnya

Ia melanjutkan, bahwa kehadiran organisasi mahasiswa dikampus sangat dibutuhkan, karena sebagai pembentuk kepribadian dan pengembangan pengetahuan. Juga merupakan medium untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Namun menurut Bapak berusia 54 tahun ini, organisasi yang saat ini mengalami kemandekan harus diganti dengan cara membuat organisasi baru yang lebih menarik untuk dikembangkan.

Lebih jauh Ia mengatakan, Untuk mengatasi penurunan yang terus terjadi ini, dibutuhkan kerjasama yang baik antara pengurus organisasi dan lembaga (PK III) dalam mendorong mahasiwa untuk berpartisipasi, caranya dengan melakukan berbagai komunikasi dengan pengurus organisasi tentang kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan hambatan-hambatan pengurus dalam mengelolah organisasi.

Hal yang sama, juga dungkapkan Habib Mushin S.Sos, dosen ilmu komunikasi ini mengungkapkan bahwa saat ini geliat organisasi mahasiswa sangat menurun, hal ini terlihat dari berbagai organisasi yang tinggal hanya sekretariatnya, tidak memiliki kegiatan bahkan pengurusnya sajapun tidak ada.

Menurut bapak berusia 38 tahun ini, menurunya minat mahasiswa pada organisasi disebabkan kurangnya motivasi, baik itu dari lembaga sebagai motivator dan mahasiswa itu sendiri yang dimotivasi harus memotivasi dirinya untuk berorganisasi, sebab persoalan organisasi bukanlah persoalan satu pihak (lembaga-Red), namun juga merupakan kepentingan mahasiswa itu sendiri untuk mengembangkan kreatifitasnya.

Jika, Triyanto mengatakan bahwa salah satu yang menjadi penyebab menurunya minat mahasiswa pada organisasi intern dikarenakan persoalan sosial yang berkembang saat ini dan maraknya organisasi ekstern yang lebih kreatif. Hal berbeda diungkapkan Habib, Ia mengatakan bahwa, keadaan sosial yang saat ini makin kompleks dan maraknya organisasi ekstern justru menjadi motivasi bagi organisasi intern untuk menunjukkan eksistensinya dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang dapat menarik minat mahasiswa. Suatu organisasi dikatakan eksis bukan dilihat dari banyaknya anggota yang berada didalamnya, namun lebih dari pada itu adalah kegiatan yang dilakukannya, Sehingga dengan beranggotakan empat sampai lima orang sajapun itu sudah cukup. Tambahnya.

Habib yang juga pernah menjabat sebagai PK III ini, mengungkapkan bahwa penurunan minat mahasiswa pada organisasi intern juga terjadi pada masa jabatannya, namun tak separah sekarang yang hanya tinggal sekretariatnya, sebab saat itu sering diadakan musyawarah kerja bersama (MUSKER), tetapi akhir-akhir ini penurunannya sangat drastis. Ungkapnya.

Kehadiran organisasi mahasiswa intern sangat dibutuhkan, karena merupakan wadah yang dapat digunakan mahasiswa untuk mengadakan diskusi, dan melalui organisasi itu sendiri mahasiswa dapat meningkatkan kapasitas, serta dapat memperoleh pengetahuan akan informasi yang berkembang. Hal-hal seperti inilah yang perlu dimotivasi untuk dikembangkan. Lanjutnya.

Solusi yang ditawarkan Habib yang juga ketua prodi ilmu komunikasi ini, bahwa setiap elemen harus bekerjasama dan saling mendukung untuk membangkitkan kembali semangat berorganisasi pada mahasiswa, baik lembaga maupun mahasiswa harus mengupayakan dan mencari solusi bersama demi mengatasi kemandekan. Dan yang lebih penting lagi menutup beberapa organisasi mahasiswa yang tidak memiliki kepengurusan dan anggota. Serta menggantikan dengan organisasi mahasiswa lain yang relevan dengan kondisi dan situasi saat ini. Sebab ketidak tertarikan mahasiswa pada organisasi juga kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan organisasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa yang terkesan dipaksakan untuk diikuti. Tandasnya.

Menanggapi apa yang menjadi realitas organisasi mahasiswa saat ini, Sugianto selaku PK III mengungkapkan bahwa, jika geliat oraganisasi mahasiswa saat ini dikatakan menurun itu tidak benar, sebab beberapa tahun silam geliat organisasi terlihat marak, itu dikarenakan banyaknya mahasiswa saat itu dan organisasi mahasiswa lebih pada kegiatan fisik, seperti sepak bola dan lainnya. Tetapi saat ini jumlah mahasiswa menurun sehingga yang ikut organisasi pun terlihat sedikit dan kegiatan organisasi lebih cenderung pada kegiatan non fisik, seperti diskusi, seminar dan sebagainya. Sehingga sebagian orang menilai bahwa ini suatu penurunan, yang sesungguhnya bukanlah suatu penurunan, malahan secara persentasi, aktivis mahasiswa saat ini justru meningkat. Ujarnya.

“Saat ini juga masih banyak organisasi mahasiswa yang melakukan kegiatan, dan itu tidak diketahui oleh semua orang karena bukan berbentuk fisik seperti sepak bola yang diumumkan dan dapat dilihat banyak orang. Sekarang kan beda, dengan keadaan mahasiswa yang menurun bahkan anjlok juga disertai kecenderungan mahasiswa pada peningkatan kapasitas, sahingga berbagai kegiatan mahasiswa itu tidak terlihat. Ungkap dosen sosiatri ini.

Lebih jauh Ia menambahkan, bahwa mahasiswa ilmu pemerintahan mendominasi di APMD saat ini. “Tetapi ironisnya Ilmu Pemerintahan itu sangat mengenaskan, sebagai contoh ; persentasi peserta perpustakaan, terendah itu mahasiswa ilmu pemerintahan dibanding IS, IK, dan D III, bahkan organisasi HMJnya yang paling macet diantara yang lainnya, padahal mahasiswa IPlah yang secara SDM paling banyak”. Tandasnya

Hal ini terjadi karena yang mewadahi belum bertumbuh secara maksimal, Sugianto, mengibaratkan organisasi sebagai tempat wisata yang dikunjungi orang dan apabila tempat itu memberikan kenyamanan, maka pengunjung itu akan betah tinggal ditempat itu, namun jika tidak mampu memberikan kenyamanan, maka kencingpun mugkin tidak sempat. Seperti keadaan secretariat (HMJ IP) yang pintunya tak pernah dibuka serta tidak pernah menawarkan. Bagaimana pengurus bisa menawarkan sedangkan mungkin orientasi pengurus dan struktur diatasnya (yang enggan disebut Sugianto sebagai Pembina) tidak sama.

Situasi seperti inilah yang berdampak pada terpencarnya mahasiswa ilmu pemerintahan, karena mahasiswa yang berwawasan dan berkreativitas tidak mampu diwadahi sehingga bergabung dengan organisasi luar. Jadi ini merupakan tanggungjawab pengurus prodi yang merupakan roh dari HMJ untuk membangkitkan, sebab tugas PK III hanya sebatas memfasilitasi dan itu terjadi disetiap perguruan tinggi. Ungkapnya.

Ketika ditanya dampaknya bagi lembaga APMD jika tidak memiliki organisasi mahasiswa, Sugianto ketika ditemui diruanganya mengungkapkan bahwa ketidak beradaan organisasi dikampus tidak berdampak sedikitpun pada lembaga, sebab yang membutuhkan organisasi itu adalah mahasiswa, kecuali HMJ berdampak pada lembaga karena merupakan pelengkap untuk mengukur program studi, dari kegiatan dan pembelajarannya. Sebab yang dinilai kegiatan yang dilakukan program studi diluar perkuliahan. Sebagai contoh akredetasi dari DIKTI itu dilihat dari karya mahasiswa dibawah program studi. Ungkapnya.

Di ruang terpisah Sumarjono M.Si. ketika di tanya mengenai tanggapannya atas manurunnya minat mahasiswa pada organisasi, mengungkapkan bahwa sesuatu akan berjalan dengan baik jika ada proses evaluasi, komunikasi dan kemitraan untuk diketahui masalahnya dan dipecahkan bersama , jangan hanya dilihat dan dikritik terus padahal tidak pernah tahu akar permasalahannya. Sumarjono menambahkan, jika ingin maju harus berangkat dari evaluasi diri agar tahu kelemahan, kekuatan, peluang dan ancamannya (analisis WOT).

Titus Umbu Jr
Mahasiswa ilmu pemerintahan
STPMD"APMD" Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar